Senin, 06 September 2010

Review Kajian Perkembangan Kota Batang Berdasarkan Struktur Ruang Kota


Menurut Herbert (Yunus, 1999) dikatakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal lingkungan kekotaan dan hal ini dapat diamati dari kenampakkan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistem jalan-jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian ataupun bukan (perdagangan/industri) dan juga bangunanbangunan individual.
Kota sebagai “Urban Artifact” dalam perjalanan sejarahnya telah dan akan terus membentuk suatu pola morfologi sebagai implementasi bentuk perubahan sosial budaya masyarakat yang membentuknya. Kota Batang sebagai salah satu kota di jalur pantura memiliki karakter dan identitas sesuai dengan sejarahnya, yaitu sebagai kota pesisir jawa. Kota Batang memiliki sejarah pernah bergabung dengan Kota Pekalongan. Hal ini menyebabkan perkembangan Kota Batang tertinggal dan tidak sejalan dengan perkembangan kota-kota pesisir utara Jawa pada umumnya. Selain itu, adanya jalan pantura yang merupakan jalur utama Semarang-Cirebon yang melewati Kota Batang menyebabkan aktivitas Kota Batang menjadi berorientasi di sekitar jalan pantura. Potensi laut yang dimiliki Kota Batang sebagai salah satu kota pesisir utara jawa tidak dimanfaatkan secara optimal.Hal-hal tersebut mempengaruhi perubahan kondisi morfologis kawasan baik secara fisik maupun non fisik yang kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi kawasan studi sebagai pusat kota, sehingga berpengaruh pula terhadap struktur ruang kawasan yang terbentuk dan arah perkembangan kota.
Menurut saya untuk mengetahui struktur ruang suatu kota dapat diidentifikasi melalui pendekatan morfologi kota. Perkembangan Kota Batang merupakan perkembangan yang mengarah keluar (perkembangan horisontal). Berdasarakan analisis pola jalan, kepadatan bangunan dan pola penggunaan lahan di Kota Batang, diketahui bahwa bentuk Kota Batang mengikuti bentuk gurita/bintang (Octopus/Star) karena kepadatan bangunan dan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh pola jaringan jalan. Sedangkan dari overlay bentuk kota dan analisis non fisik diketahui bahwa struktur ruang Kota Batang cenderung mengikuti model poros. Saya setuju dengan pendapat penulis yang mengatakan bahwa diketahuinya struktur ruang dan perkembangan serta kecenderungan arah perkembangan Kota Batang dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Batang dalam mengantisipasi perencanaan dan pembangunan dimasa mendatang dengan melihat arah pertumbuhan dan perkembangan kota dari struktur ruang yang terbentuk sehingga kondisi kawasan ini menjadi lebih baik, terarah dan mampu mengoptimalkan potensi kawasan studi terutama potensi laut karena kepadatan kawasan sekitar jalan pantura yang padat dengan bangunan-bangunan perdagangan dan jasa serta permukiman belum seimbang dengan kawasan lainnya. Serta Dalam hal ketersediaan lahan non terbangun yang ada di kota Batang masih perlu dibenahi lagi karena masih banyak lahan – lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal.


Sumber : //eprints.undip.ac.id/6119/1/rinaafitasari